Udin (kiri) bersama
dengan salah satu anak buahnya yang terabung dalam KOMBANAS (Komunitas Manusia
Batu Monas)
|
P |
anas matahari yang begitu menyengat seolah sudah menjadi
sahabat setia bagi Udin untuk
menemaninya memperoleh rejeki. Keringat
yang bercucuran menggambarkan betapa kerasnya perjuangan untuk bertahan hidup. Hinaan dan
cacian harus diterima dengan ikhlas demi meraih mimpi. Rasa malu hanyalah
penghalang mencapai kesuksesan. Itulah gambaran pekerjaan Udin si Manusia batu.
Menjadi
Manusia Batu di Monumen Nasional (Monas) bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Pekerjaan ini menuntut kekebalan fisik dan mental. Kesabaran dan ketabahanpun
ikut diuji disini. Sebagai Manusia batu Udin harus tahan banting dan
mempersiapkan diri dengan baik. Hujatan demi hujatan dari pengunjung dan rekan-
rekannyapun tak dapat dihindari. Mereka menganggap remeh dan rendah pekerjaan
ini.
Walaupun
banyak orang yang tak suka dengan dirinya karena melakoni pekerjaan ini, Udin
sendiri mengaku menikmati profesinya sekarang ini. Menurutnya pekerjaan sebagai
Manusia batu adalah suatu pekerjaan yang mulia. Dengan kehadirannya di berbagai
tempat wisata akan semakin menambah
keceriaan dan kegembiraan para pengunjung . Tak hanya itu, Udin juga memiliki
suatu cita-cita yang agung yaitu ingin memperkenalkan budaya Indonesia lewat
patung-patung Manusia. Patung-patung ini dibuat sedemikian rupa supaya mirip
dengan para pejuang yang telah gugur
demi kemerdekaan Indonesia. Udin berharap warga Indonesia dapat merasa bangga
dan mengenang jasa para pahlawan.
Pria
berusia 30 tahun ini sudah menekuni pekerjaan sebagai manusia batu di Monas selama
2 tahun, namun sebelum berada di sana dia juga pernah menekuni profesi yang
sama di museum Fatahillah selama hampir 3 tahun. Pengalamannya
dibidang inipun sudah bisa dibilang banyak , baik itu menyenangkan
maupun menyedihkan sudah pernah dirasakannya.
Pengalaman yang
menurutnya menarik sekaligus menyebalkan adalah ketika segerombolan orang yang
berasal dari kampung datang ke Monas.
Suatu hari karena penasaran dengan Udin si Manusia Batu mereka dengan sengaja
menjambak rambut Udin bahkan sampai ada yang mendorongnya hingga terjatuh.
Sebenarnya para pengunjung dari kampung itu
hanya ingin membuktikan apakah benar yang mereka lihat adalah manusia
sungguhan bukan patung. Namun Udin selalu menanggapi setiap halnya dengan
positif, dengan adanya kejadian itu Udin justru merasa bangga, itu artinya Udin
telah sukses melakoni pekerjaannya sebagai manusia batu yang mengundang keiingin tahuaan dan penasaran di
hati para pengunjung.
Walaupun sudah lama
menekuni profesi ini, bukan berarti Udin adalah manusia super yang tak mengenal
lelah . Satu waktu Udin juga pernah pingsan saat sedang disewa menjadi manusia
patung untuk meramaikan acara di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Saat itu karena
padatnya acara dan antusias pengunjung yang begitu besar untuk berfoto bersama
membuat Udin tidak sempat sarapan danakibatnya dia tak sadarkan diri selama
beberapa jam.
Selain berprofesi
sebagai Manusia Batu di Monas, Udin juga menawarkan jasanya untuk meramaikan
berbagai acara. Penampilannya dan seragam yang hendak ia kenakan juga dapat di request sesuai dengan keinginan si Tuan
rumah. Peresmian sebuah hotel di Palembang contohnya, saat itu pihak
penyelenggra memintanya untuk berpenampilan serba coklat. Untuk memakai jasa
Udin kita cukup mengeluarkan uang sebesar Rp. 250.000- 300.000 perharinya.
Untuk penghasilan di
Monas sendiri dalam sehari minimal ia dapat memperoleh uang sebesar limapuluh
ribu rupiah . Penghasilan yang didapat tentu saja tidak sebanding dengan
perjuangan yang sudah dilakukan. Sejak pagi
sampai malam hari pria asli Betawi ini harus siap sedia menjadi patung
manakala ada pegunjung yang hendak berfoto dengannya.
Walaupun menurut
sebagian orang pekerjaan yang dilakoni Udin ini merupakan pekerjaan yang aneh
namun jika direnungkan dan diteliti dengan seksama pekerjaan ini adalah
pekerjaan yang unik dan menuntut kreatifitas yang tinggi. Manusia Batu ini
harus selalu memikirkan ide-ide kreatif disetiap penampilan agar tidak monoton.
Begitu juga jika ada pengunjung yang hendak berfoto bersama , si Manusia batu
ini harus bergaya sedemikian rupa dan harus bisa beinteraksi dengan pengunjung sehingga dihasilkan gambar yang
menarik agar mereka tidak merasa bosan. Saat sedang tidak berfotopun mereka
harus kreatif untuk mengganti gerakan-gerakan mereka setiap 15 menit sekali
untuk menarik perhatian para pengunjung.
Ide-ide kreatif yang
diperoleh udin tentunya tidak muncul dengan sendirinya. Awalnya Udin
terinspirasi dengan patung mumi yang ada di Mesir, menurutnya patung ini unik
dan mengundang perhatian masyarakat mancanegara. Kemudian udin berniat
mengembangkan yang semacam itu namun tentunya dengan menggunakan icon-icon yang
ada di Indonesia. Sebagai contoh sore ini Udin hendak merias dirinya menyerupai
pocong yang ia berinama pocong-U yang berarti pocongnya Udin.
Untuk menjadi pocong
maupun icon-icon heroik lain yang ada di Indonesia dibutuhkan keahlian dan
keterampilan khusus, karena ternyata disetiap penampilannya Udin harus
mempersiapkan kostum dan make-up seorang diri. Properti-properti yang digunakan
juga biasanya merupakan buatan sendiri untuk meminimalisir biaya yang di
keluarkan.
Tantangan sekaligus
musuh terbesar pekerjaan ini hanya satu yaitu hujan. Hujan merupakan hal yang
paling dibenci olehnya, karena ketika hujan turun dia terpaksa tidak bekerja ,
walaupun dipaksakan bekerjapun dikala hujan pasti pengunjung yang datang hanya
sedikit dan berakibat menurun pula penghasilan yang diperoleh.
Berkat kerja keras dan dukungan dari keluarganya
saat ini usaha Udin untuk mengembangkan manusia batu di Monas sudah membuahkan
hasil. Sekarang dia tidak seorang diri melakoni profesi ini, sejak beberapa
tahun terakhir Udin sudah ditemani oleh sepuluh orang anak buahnya yang terdiri
dari 9 orang pria dan 1 orang wanita. Anak buah Udin ini dia rekrut sendiri, dan
sebagian besar merupakan anak-anak perantauan dari luar Jawa yang hendak
mengadu nasib di Jakarta. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang minim tentu
saja mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, bahkan beberapa diantara mereka sebelum bertemu dengan Udin
ada yang berprofesi menjadi pengamen dan tidur di kolong jembatan. Oleh karena
itu hati Udin tergerak dan mengajak mereka untuk bergabung dalam komunitas yang
ia beri nama KOMBANAS (Komunitas Manusia Batu Monas).
Komunitas ini berbeda
dengan komunitas manusia batu yang lain.
Komunitas ini mengambil tema pelangi, hal ini dikarenakan penampilan mereka
yang selalu berwarna-warni dan berbeda satu dengan yang lainnya. Namun yang
menjadi nilai tambah dari komunitas ini adalah adanya rasa kekeluargaan yang
besar, walaupun Udin disini adalah seorang atasan bagi para anak buahnya, Udin
tidak pernah menganggap mereka rendah, justru Udin selalu memotivasi mereka
untuk mencari rejeki dengan cara yang benar. Prinsip yang selama ini Udin
pegang adalah “ tak usah malu melakukan pekerjaan apapun asal itu halal dan
hasil kerja sendiri.”
Harapan Udin saat ini
adalah ingin lebih lagi mengembangkan manusia patung, dia berencana tidak hanya
di Monas saja namun dia ingin membuat hal yang serupa di Taman Mini Indonesia
Indah (TMII). Dengan bertambahnya usaha Udin artinya bertambah juga lapangan
pekerjaan yang tersedia.
Itulah Udin si Manusia
Batu Monas. Sosok yang begitu menginspirasi.
Seorang mantan satpam yang menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal
ayahnya. Dalam keterbatasannya Udin
selalu berusaha untuk tabah dan membawa keceriaan bagi orang-orang
disekitarnya. Dalam kekurangannyapun ia berusaha untuk berbagi dengan orang
lain, menginspirasi para generasi muda
untuk memiliki mental pekerja keras bukan mental peminta-minta. Terus berkarya
Udin, jadilah insiprasi dan motivasi
bagi bangsa ini.
No comments:
Post a Comment