Time:

relojes web website clock

Wednesday, 20 November 2013

FEATURE- UDIN SI MANUSIA BATU

Udin (kiri) bersama dengan salah satu anak buahnya yang terabung dalam KOMBANAS (Komunitas Manusia Batu Monas)


 P




anas  matahari yang begitu menyengat seolah sudah menjadi sahabat setia bagi  Udin untuk menemaninya memperoleh  rejeki. Keringat yang bercucuran menggambarkan betapa kerasnya  perjuangan untuk bertahan hidup. Hinaan dan cacian harus diterima dengan ikhlas demi meraih mimpi. Rasa malu hanyalah penghalang mencapai kesuksesan. Itulah gambaran pekerjaan Udin si Manusia batu.

            Menjadi Manusia Batu di Monumen Nasional (Monas) bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Pekerjaan ini menuntut kekebalan fisik dan mental. Kesabaran dan ketabahanpun ikut diuji disini. Sebagai Manusia batu Udin harus tahan banting dan mempersiapkan diri dengan baik. Hujatan demi hujatan dari pengunjung dan rekan- rekannyapun tak dapat dihindari. Mereka menganggap remeh dan rendah pekerjaan ini.
            Walaupun banyak orang yang tak suka dengan dirinya karena melakoni pekerjaan ini, Udin sendiri mengaku menikmati profesinya sekarang ini. Menurutnya pekerjaan sebagai Manusia batu adalah suatu pekerjaan yang mulia. Dengan kehadirannya di berbagai tempat wisata akan semakin  menambah keceriaan dan kegembiraan para pengunjung . Tak hanya itu, Udin juga memiliki suatu cita-cita yang agung yaitu ingin memperkenalkan budaya Indonesia lewat patung-patung Manusia. Patung-patung ini dibuat sedemikian rupa supaya mirip dengan para pejuang  yang telah gugur demi kemerdekaan Indonesia. Udin berharap warga Indonesia dapat merasa bangga dan mengenang jasa para pahlawan.

            Pria berusia 30 tahun ini sudah menekuni pekerjaan sebagai manusia batu di Monas selama 2 tahun, namun sebelum berada di sana dia juga pernah menekuni profesi yang sama di museum Fatahillah selama hampir 3 tahun.  Pengalamannya  dibidang inipun sudah bisa dibilang banyak , baik itu menyenangkan maupun menyedihkan sudah pernah dirasakannya.

Pengalaman yang menurutnya menarik sekaligus menyebalkan adalah ketika segerombolan orang yang berasal dari kampung  datang ke Monas. Suatu hari karena penasaran dengan Udin si Manusia Batu mereka dengan sengaja menjambak rambut Udin bahkan sampai ada yang mendorongnya hingga terjatuh. Sebenarnya para pengunjung dari kampung itu  hanya ingin membuktikan apakah benar yang mereka lihat adalah manusia sungguhan bukan patung. Namun Udin selalu menanggapi setiap halnya dengan positif, dengan adanya kejadian itu Udin justru merasa bangga, itu artinya Udin telah sukses melakoni pekerjaannya sebagai manusia batu yang  mengundang keiingin tahuaan dan penasaran di hati para pengunjung.



Walaupun sudah lama menekuni profesi ini, bukan berarti Udin adalah manusia super yang tak mengenal lelah . Satu waktu Udin juga pernah pingsan saat sedang disewa menjadi manusia patung untuk meramaikan acara di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Saat itu karena padatnya acara dan antusias pengunjung yang begitu besar untuk berfoto bersama membuat Udin tidak sempat sarapan danakibatnya dia tak sadarkan diri selama beberapa jam.

Selain berprofesi sebagai Manusia Batu di Monas, Udin juga menawarkan jasanya untuk meramaikan berbagai acara. Penampilannya dan seragam yang hendak ia kenakan juga dapat di request sesuai dengan keinginan si Tuan rumah. Peresmian sebuah hotel di Palembang contohnya, saat itu pihak penyelenggra memintanya untuk berpenampilan serba coklat. Untuk memakai jasa Udin kita cukup mengeluarkan uang sebesar Rp. 250.000- 300.000 perharinya.

Untuk penghasilan di Monas sendiri dalam sehari minimal ia dapat memperoleh uang sebesar limapuluh ribu rupiah . Penghasilan yang didapat tentu saja tidak sebanding dengan perjuangan yang sudah dilakukan. Sejak pagi  sampai malam hari pria asli Betawi ini harus siap sedia menjadi patung manakala ada pegunjung yang hendak berfoto dengannya.

Walaupun menurut sebagian orang pekerjaan yang dilakoni Udin ini merupakan pekerjaan yang aneh namun jika direnungkan dan diteliti dengan seksama pekerjaan ini adalah pekerjaan yang unik dan menuntut kreatifitas yang tinggi. Manusia Batu ini harus selalu memikirkan ide-ide kreatif disetiap penampilan agar tidak monoton. Begitu juga jika ada pengunjung yang hendak berfoto bersama , si Manusia batu ini harus bergaya sedemikian rupa dan harus bisa beinteraksi dengan  pengunjung sehingga dihasilkan gambar yang menarik agar mereka tidak merasa bosan. Saat sedang tidak berfotopun mereka harus kreatif untuk mengganti gerakan-gerakan mereka setiap 15 menit sekali untuk menarik perhatian para pengunjung.

Ide-ide kreatif yang diperoleh udin tentunya tidak muncul dengan sendirinya. Awalnya Udin terinspirasi dengan patung mumi yang ada di Mesir, menurutnya patung ini unik dan mengundang perhatian masyarakat mancanegara. Kemudian udin berniat mengembangkan yang semacam itu namun tentunya dengan menggunakan icon-icon yang ada di Indonesia. Sebagai contoh sore ini Udin hendak merias dirinya menyerupai pocong yang ia berinama pocong-U yang berarti pocongnya Udin.

Untuk menjadi pocong maupun icon-icon heroik lain yang ada di Indonesia dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, karena ternyata disetiap penampilannya Udin harus mempersiapkan kostum dan make-up seorang diri. Properti-properti yang digunakan juga biasanya merupakan buatan sendiri untuk meminimalisir biaya yang di keluarkan.

Tantangan sekaligus musuh terbesar pekerjaan ini hanya satu yaitu hujan. Hujan merupakan hal yang paling dibenci olehnya, karena ketika hujan turun dia terpaksa tidak bekerja , walaupun dipaksakan bekerjapun dikala hujan pasti pengunjung yang datang hanya sedikit dan berakibat menurun pula penghasilan yang diperoleh.

Berkat  kerja keras dan dukungan dari keluarganya saat ini usaha Udin untuk mengembangkan manusia batu di Monas sudah membuahkan hasil. Sekarang dia tidak seorang diri melakoni profesi ini, sejak beberapa tahun terakhir Udin sudah ditemani oleh sepuluh orang anak buahnya yang terdiri dari 9 orang pria dan 1 orang wanita.  Anak buah Udin ini dia rekrut sendiri, dan sebagian besar merupakan anak-anak perantauan dari luar Jawa yang hendak mengadu nasib di Jakarta. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang minim tentu saja mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, bahkan beberapa  diantara mereka sebelum bertemu dengan Udin ada yang berprofesi menjadi pengamen dan tidur di kolong jembatan. Oleh karena itu hati Udin tergerak dan mengajak mereka untuk bergabung dalam komunitas yang ia beri nama KOMBANAS (Komunitas Manusia Batu Monas).

Komunitas ini berbeda dengan komunitas  manusia batu yang lain. Komunitas ini mengambil tema pelangi, hal ini dikarenakan penampilan mereka yang selalu berwarna-warni dan berbeda satu dengan yang lainnya. Namun yang menjadi nilai tambah dari komunitas ini adalah adanya rasa kekeluargaan yang besar, walaupun Udin disini adalah seorang atasan bagi para anak buahnya, Udin tidak pernah menganggap mereka rendah, justru Udin selalu memotivasi mereka untuk mencari rejeki dengan cara yang benar. Prinsip yang selama ini Udin pegang adalah “ tak usah malu melakukan pekerjaan apapun asal itu halal dan hasil kerja sendiri.”

Harapan Udin saat ini adalah ingin lebih lagi mengembangkan manusia patung, dia berencana tidak hanya di Monas saja namun dia ingin membuat hal yang serupa di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dengan bertambahnya usaha Udin artinya bertambah juga lapangan pekerjaan yang tersedia.



Itulah Udin si Manusia Batu Monas. Sosok yang begitu menginspirasi.  Seorang mantan satpam yang menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal ayahnya.  Dalam keterbatasannya Udin selalu berusaha untuk tabah dan membawa keceriaan bagi orang-orang disekitarnya. Dalam kekurangannyapun ia berusaha untuk berbagi dengan orang lain,  menginspirasi para generasi muda untuk memiliki mental pekerja keras bukan mental peminta-minta. Terus berkarya Udin,  jadilah insiprasi dan motivasi bagi bangsa ini. 

No comments: